Kabel RG-58 kalau sembarangan merek, maka lossnya sangat tinggi. Kemungkinan loss ini karena impedansi yang tidak 50 ohm atau memang kualitas kabelnya yang jelek. Saya mengukur merek digitalp** saya beri input 5 watt, di ujung kabel hanya terukur 1,8 watt. Itu kabel panjangnya 20 meter. Lalu saya coba kabel lain yang merek dan panjangnya sama, ternyata hasilnya hanya 1 watt. Kalau Anda sangat care dengan loss kabel, sebaiknya menggunakan kabel heliax 4/8 atau yang lebih di atasnya… Itu saran saya lho… Tapi ini bukan berarti kabel RG-58 yang merek bagus juga hasilnya jelek.. Silahkan beli merek belden atau kitani. Semakin panjang kabel, semakin besar lossnya… Perhatikan hal ini!
Panjang kabel : (300/frekuensi) x velocity coax x kelipatan bilangan ganjil
Contoh :
Frekuensi di 100 Mhz pakai kabel rg 58 kabel yang tersedia 14 meter :
(300/100) x 0.66 x 5 = 9.9 (terlalu panjang motongnya)
(300/100) x 0.66 x 7 = 13.86. (paling mendekati 14 meter)
Untuk mengematchkan kabel coaxial bisa juga dengan pemancar. Caranya sebagai berikut :
a. Siapkan pemancar 5watt
b. Kabel jumper yang sudah diukur pada frekuensi yang diinginkan
c. Ujung jumper masuk ke pemancar dan ujungnya lagi masuk ke Input SWR
d. Output SWR tutup dengan conector T dan salah satu ujung conector T tsb tutup dengan dumyload tanpa jumper
e. Ke ujung satu lagi connector T masukan kabel transmisi dan dip (potong) ujungnya sedikit-sedikit sampai dengan SWR rendah
Untk jumpernya masih bisa pakai rumus yang sama.
Misal pakai RG8 yang tengahnya serabut maka (((300/100)/2)*.66) = 99cm
Secara teori panjang coax untuk jumper maka 1/2 lamda X velocity, misal RG8 tengahnya serabut, frekuensi 100Mhz maka (((300/100)/2*.66) hasilnya 99cm bila dikalikan 30 maka menghasilkan 29.70m, tetapi pada kenyataannya mungkin lebih atau kurang dari 29.7M
Bisa saja jadi 29.55m atau 29.80m, mengingat coax tsb belum tentu flat impedansinya dari ujung sampai dengan ujung.
Rumus tsb berlaku untuk semua jenis coax, antenanya terserah antena apa pun tak jadi masalah.
MENGUKUR ( MENGUJI ) & MEMASANG KABEL COAXIAL
1. Siapkan sebuah Ohm-meter/Multimeter. Stel tombol selectornya pada posisi pengukur tahanan/resistansi dengan range tertinggi ( misalnya X 100 k ).
2. Kedua ujung coax dalam keadaan terlepas (tidak tersambung ke antenna, transmitter, dummy load atau SWR meter). Ukur tahanan diantara inner & outer. Tahanan / resistansi harus menunjukkan tidak terbatas ( besar sekali / infinity ). Jika tahanan yang terukur besarnya hanya beberapa ribu atau beberapa ratus ohm saja, maka periksalah di sekitar kedua ujung kabel. Periksa solderan pada connector maupun bagian serabut braidnya. Kemungkinan ada “satu dua” utas serabutnya yang terhubung singkat / shorted ke inner conductor. Perbaiki ulang pemasangan connector tsb.
3. Jika pengukuran antara inner dan outer sudah memberikan hasil yang bagus, maka sekarang pindah tombol ohm meter ke range pengukuran terendah ( x 1 ). Kemudian silahkan ukur tahanan antara kedua ujung coax, keduanya sama-sama pada bagian innernya. Tahanannya harus terukur mendekati 0 ( nol ) ohm atau kurang dari 1 ohm.
4. Lakukan pengukuran dengan cara yang sama, tapi kali ini antara outer disalah satu ujung kabel dengan outer diujung lainnya. Tahanannya juga harus kurang dari 1 ohm.
5. Pengukuran berikutnya dilakukan dengan merangkaikan / memasang semua sistem yaitu TX – SWR meter – kabel coax/line – Dummy load. Terlebih dulu amati Forward Power, lalu reflek. Reflek Power harus terbaca nol ( SWR terbaca 1 : 1 ).
LAIN LAIN YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA KABEL COAXIAL
1. Kabel coax dari antena sampai ke SWR meter harus diusahakan sependek mungkin. Kelebihan 1 -2 meter boleh ( tidak jadi masalah ) sebab itu memberikan fleksibilitas jika suatu saat posisi meja ( tata ruang ) dsb perlu dirubah , tetapi jangan membiarkan ada kelebihan panjang kabel yang sampai menjadi gulungan-gulungan. Itu menyebabkan line losses yang besar.
2. Jika anda beralih ( ganti ) dari semula menggunakan kabel kecil ke kabel besar, misalnya RG-58A/U menjadi RG-8A/U maka line losses anda akan turun dari 3.7 dB (pada frekuensi 144 MHz) ke 2 dB atau akan ada tambahan power sebesar sekitar 38 % yang akan bisa tersalur ke antenna dibanding ketika anda menggunakan kebel kecil.
3. Usahakan panjang total kabel merupakan kelipatan ½ lambda elektrik dari frekuensi kerja ( atau pada center freq. jika range frek anda agak lebar ).
4. Seperti sudah ditulis, pemasangan konektor harus baik serta tidak ada celah bagi air hujan atau kelembaban masuk kedalam kabel. Agar kedap air, setelah connector tersambung ke terminal antenna, bubuhkan lem silicon ( silicon grease ) pada celah antara konektor dengan kabel maupun celah-celah lain yang bisa menjadi jalan merambat masuknya air. Silicon grease adalah lem berbau asam / kecut yg biasa dipakai untuk lem aquarium. Namun lem ini yg berwarna putih & dipakai untuk aquarium , umurnya tidak panjang. Kena panas terik matahari seringkali sudah terlalu kering dan retak-retak sebelum 1 tahun. Usahakan membeli silicon rease bermutu tinggi yang sering dipakai dibengkel mobil ( warnanya biru atau merah ).
5. Kelembaban, apalagi air yang sampai masuk kedalam kabel, akan menyebabkan korosi pada kabel dan atau konektor. DAN KABEL YANG LEMBAB / BASAH, maka PERFORMANCE TURUN BANYAK. AKAN SANGAT BESAR POWER PEMANCAR ANDA YANG TERSERAP KESANA, SEHINGGA HANYA SEBAGIAN KECIL SAJA YANG TERKIRIM SAMPAI MENCAPAI ANTENNA.
6. Jangan sampai terjadi belokan yang tajam ( sharp bend ) pada coax. Coax juga jangan sampai tertekuk ( kinking ) karena tanpa kita sadari innernya bisa patah didalam kabel ( tidak terlihat ).
7. Jangan pernah memaku kabel coax ke dinding dsb meski hanya sedikit dibagian pinggirnya. Jangan menjepit kabel menggunakan logam.
8. Kabel coax, mulai dari ujung atasnya di dekat antenna sampai kebawah, jangan pernah didiamkan tergantung bebas begitu saja sebab bagian atas kabel akan menanggung beban yg terlalu berat sehingga riskan merusak kabel. Pakailah plastic clip atau nylon pada setiap jarak tertentu ( misalnya setiap semester ) untuk “memegangkan” kabel ke tower/tiang dsb.
9. Jika pada tower ada 2 kabel coax ( misalnya 1 untuk antenna omni directional / vertical dan kabel kedua untuk antenna directional / beam ), apalagi jika frekuensi kerjanya sama, jangan pasang berdampingan. Beri jarak antar keduanya agar tidak saling berinteraksi yg menimbulkan distorsi.
10. CABLE LOSS : P1 = Power output dari TX. P2 = Power yang melalui kabel dan berhasil mencapai antenna. Rumus Cable Loss = 10 Log10 P2/P1 ( angka 10 yg kedua seharusnya tertulis kecil ). Contoh : Power TX = 10 Watt. Power yang mencapai antenna 9 Watt. Maka berarti line lossesnya = 10 Log10 9/10 = 0,457 dB = < 0,5 dB. Angka ini kecil sehingga bisa diabaikan. Namun bila kabel panjang sehingga total losses mencapai 3 dB, maka Power yang berhasil mencapai antenna hanya tinggal separonya saja = 10 : 2 = 5 Watt. ( terjadinya losses yang besar pada kabel itu sering tidak disadari alias tidak pernah diteliti / dihitung oleh sementara operator radio ).
TIPS MEMILIH KABEL COAXIAL YANG BAIK
1. Coax dengan bahan isolator ( antara inner conductor dengan outer braid ) jenis foam/foamed lebih bagus daripada jenis solid. Line lossesnya lebih rendah.
2. Coax dengan diameter yang lebih besar lebih baik ( tapi lebih mahal ) dibanding yang kecil. Lossesnya lebih rendah.
3. Coax dengan anyaman conductor luar ( braid ) yang lebih rapat, lebih baik ( tapi lebih mahal ) dibanding dgn yang braidnya jarang2.
4. Coax dengan merk terkenal umumnya lebih baik kualitasnya.
5. Kalau bisa hindarilah membeli coax bekas pakai.
6. Jangan pakai coax yang kulit ( jacket ) nya sudah retak-retak, atau sobek ( kena cutter ), tergerus atau braidnya putus-putus. Juga jangan pakai coax yang sudah tertekuk atau ada bekas terjepit.